Laman

Rabu, 27 Maret 2013

Sayang Kendaraan, Cinta Lingkungan, Cinta Indonesia

artikel ini saya ikut sertakan dalam lomba #apaidemu yang diselenggarakan oleh Pertamina dengan Kompasiana.com sebagai medianya dan Puji Tuhan berhasil mendapatkan juara III

Di suatu acara debat tentang kenaikan harga BBM bersubsidi, seorang pejabat mengatakan bahwa masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang boros energi. Pernyataan ini jelas membuat saya kaget. Bagaimana tidak, apa yang dikatakan oleh pejabat tersebut sangat bertentangan dengan realita yang ada. Mau bukti? Lihat saja antrian motor di SPBU. Tak peduli seberapa dekat atau seberapa pendek jarak antrian mereka dengan petugas SPBU (saat ingin mengisi bahasan bakar), sangat jarang dari mereka yang mendorong motor mereka dengan manual (kaki). Bahkan ada yang hanya mematikan mesin mereka pas giliran mereka tiba. Apakah terlalu berat untuk mendorong motor dengan kaki? Memang sich jumlah bahan bakar yang terbuang saat antri sangat sedikit. Namun jika semua pengendara motor yang antri di semua SPBU yang ada di Indonesia berbuat demikian, pastinya jumlah BBM yang terbuang sangat banyak bukan? Sia-sia lah subsidi yang diberikan oleh negara...
Semakin membaiknya perekenomian memang membawa berkah bagi sebagian banyak masyarakat, khususnya mereka yang ada di perkotaan. Hal ini memampukan mereka untuk membeli kendaraan. Mulai dari motor hingga mobil. Mulai dari yang harganya jutaan, hingga yang harganya miliaran. Beberapa tahun ini jumlah kendaraan meningkat dengan tajam. Namun sayangnya peningkatan ini tidak diimbangi dengan kesadaran terhadap konsumsi BBM oleh masyarakat kita.
Bertambahnya jumlah kendaraan tentu meningkatkan konsumsi BBM di dalam negeri. Termasuk konsumsi terhadap BBM bersubsidi atau premium. Dan tingginya konsumsi masyarakat terhadap premium subsidi ini secara langsung sudah, sedang, dan akan selalu membebani negara. Bagaimana tidak? Mari kita hitung jumlah rupiah yang dibakar oleh para pengendara ketika menggunakan BBM bersubsidi. Jika satu motor menghabiskan 10 liter bensin perbulannya, dan jika harga BBM non-subsidi adalah Rp. 9.000, maka subsidi negara adalah Rp. 45.000, perbulannya atau Rp. 540.000, pertahunnya untuk satu motor. Dan bisa kah anda bayangkan jika jumlah ini dikalikan dengan jumlah motor yang ada di negeri kita ini, yang hingga 2012 jumlahnya mencapai 75 juta unit? (Data BPS dan AISI) Belum lagi jika ditambahkan dengan jumlah mobil, bis, truk dan berbagai jenis kendaraan lainnya. Untuk tahun 2012 subsidi BBM lebih dari Rp. 137 triliun dan akan meningkat menjadi Rp. 193,8 triliun pada tahun ini. Angka yang fantastis bukan? Bayangkan jika dana ini dialihkan untuk yang lainnya. Akan ada banyak sekolah, rumah sakit, jalan, dan berbagai sarana umum lainnya yang bisa dibangun. Pemerintah bahkan tak perlu pusing soal biaya pembangunan Jembatan Selat Sunda. Program pengentasan kemiskinan pun dapat dijalankan dengan lebih baik.
Selain itu, untuk menegaskan hal di atas, ada beberapa pertanyaan yang mungkin bisa kita tanyakan kepada diri sendiri: Seberapa besar sih pajak kendaraan yang kita setorkan bagi negara pertahunnya? Sebandingkah dengan subsidi yang kita terima? Ketika kita sekeluarga bersuka ria, berjalan-jalan dengan mobil, sadarkah kita bahwa dibalik kegembiaraan itu negara sedang mensubsidi BBM mobil kita?
Menggunakan pertamax merupakan salah satu cara untuk mengurangi beban negara terhadap subsidi energi umumnya dan BBM khususnya. Dengan menggunakan pertamax kita juga membantu pemerintah untuk mengalihkan dana subsidi ke hal-hal lain yang jauh lebih bermanfaat. Namun jangan salah, penggunaan pertamax bukan saja demi kepentingan negara, namun juga demi kepentingan pemilik kendaraan dan lingkungan.
Murahnya harga premium memang harus diakui sangat menggoda para pemilik kendaraan untuk berpaling dari pertamax. Murahnya harga premium juga telah membuat para pemilik kendaraan lupa bahwa kendaraan mereka tidak seharusnya minum premium. Berdasarkan data dari berbagai sumber, hanya kendaraan yang kompresi mesinnya di bawah 9:1 (sembilang banding satu) lah yang sebenarnya cocok menggunakan bahan bakar beroktan 88 atau premium. Untuk kendaraan yang kompresi mesinnya di atas 9:1 sudah seharusnya menggunakan bahan bakar beroktan diatasnya. Berdasarkan dari pengamatan di SPBU manapun, sebenarnya banyak motor dan mobil yang sudah seharusnya menggunakan BBM beroktan 92 (pertamax) dan bahkan beroktan 95 (pertamax plus).
Dilihat dari segi mesin, penggunaan BBM yang tidak sesuai dengan oktan akan menimbulkan kerak pada mesin yang dikarenakan timbal dari BBM yang beroktan lebih rendah. Akibatnya ruang bakar menjadi tidak bersih dan overheat. Proses pembakaran pun terganggu dan kemudian akan membuat performa mesin menurun. Jika muncul kerusakan di ruang bakar, maka kendaraan harus turun setengah mesin. Dan jika hal ini terjadi, sangat besar kemungkinannya bagi para pemilik kendaraan untuk mengeluarkan uang yang jauh lebih banyak untuk reparasi. Untuk itu penggunaan pertamax akan membantu para pemilik kendaraan mencegah hal-hal tersebut terjadi. Pertamax akan membuat proses pembakaran lebih sempurna sehingga mesin kendaraan jauh lebih awet dan performa kendaraan pun lebih baik. Selain itu, pertamax juga lebih irit, jarak yang dapat ditempuh dari tiap liter pertamax lebih jauh dibanding dengan premium.
Dari sudut pandang lingkungan, penggunaan pertamax juga sangat disarankan. Kenapa? Pertamax, seperti yang telah disinggung sebelumnya, membuat pembakaran lebih ramah lingkungan. Dengan kandungan bioetanol sebesar 5% maka emisi atau gas buang yang berbahaya bagi lingkungan pun dapat dikurangi. Dengan demikian, menggunakan pertamax juga berarti kita ikut serta dalam usaha mengurangi efek rumah kaca.
By the way kenapa harus pertamax? Kenapa bukan yang lain? Ada dua alasan kenapa harus memilih pertamax. Pertama, jika dibandingkan dengan produk sejenis dari perusahaan lain, pertamax kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Pertamax mengandung zat adiktif tambahan yang modern dan lebih baik. Zat adiktif ini mampu membersihkan mesin, mencegah karat dan menjaga kemurnian bahan bakar. Proses pembakaran pun akan berlangsung sempurna. Kedua, pertamax merupakan produk dari Pertamina yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. Pertamax dibuat, dikelola, dan dipasarkan oleh anak-anak bangsa. Keuntungan dari penjual pertamax pun digunakan oleh negara. Dengan demikian menggunakan pertamax tidak hanya ikut merasakan dan mengapresiasi kehebatan anak-anak bangsa, namun juga ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan bangsa.
Dari penjelasan tentang pertamax di atas, ada beberapa cara untuk meningkatkan pengguna dan penggunaan pertamax oleh masyarakat:
Pertama, Pertamina harus selalu menekankan kepada masyarakat bahwa BBM merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu kita harus menghargai setiap tetes BBM yang kita gunakan. Baik BBM bersubsidi ataupun BBM non-subsidi harus digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Kebiasaan boros akan merugikan banyak pihak, terlebih negara. Kebiasaan boros sudah seharusnya ditinggalkan. Hal ini bisa dilakukan dengan mewajibkan para pengendara motor yang mengantri di SPBU untuk mematikan mesin motor mereka dan mempersilahkan mereka untuk mendorong motor mereka secara manual (dengan kaki atau dituntun). Jika ingin bepergian dalam jarak dekat, lebih baik jalan kaki atau bersepeda. Untuk mahasiswa, misalnya, tidak perlu mengendarai motor jika hanya ingin makan di warung depan kos-annya (berdasarkan pengamatan saya sebagai anak kos hehe). Kita sering mengeluhkan bahwa jalan kaki atau naik sepeda bikin capek? “Ya, emang capek, tapi sehat kan?” Dan jangan salah, negara ini juga mati-matian untuk menambal subsidi BBM kita!
Kedua, jika memang ingin menggunakan kendaraan sendiri, gunakanlah BBM non-subsidi atau pertamax. Terasa mahal? Begitu jugalah yang dirasakan oleh negara kita ini. Ada ratusan triliun rupiah yang harus terbakar hanya untuk subsidi BBM. Dan tidak semuanya subsidi itu dihargai ataupun dimanfaatkan dengan baik.
Ketiga, kesadaran konsumen untuk menggunakan pertamax, bagaimanapun juga seharusnya disambut dengan baik oleh Pertamina yang merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal ini, misalnya dengan pemberian diskon atau gantungan kunci kepada para konsumen setia mereka.
Keempat, banyak dari para pemilik kendaraan yang cuek, lupa bahkan tidak tahu bahwa kendaraan mereka seharusnya menggunakan BBM yang beroktan di atas 88. Pihak Pertamina bisa menyiasati hal ini dengan mewajibkan semua SPBU untuk memasang spanduk atau layar yang berisi tentang “apa kendaraannya”, “bagaimana perbandingan kompresi mesinnya”, “berapa angka oktan kendaraannya”, dan “apa BBMnya”. Bila diperlukan pihak Pertamina bisa juga meniru tampilan larangan yang ada pada bungkus rokok. Untuk lebih menegaskan manfaat pertamax, Pertamina juga bisa menampilkan gambar mesin yang menggunakan dan yang tidak menggunakan pertamax. Dengan demikian para pemilik kendaraan semakin memahami “mengapa” mereka menggunakan pertamax.
Kelima, Pemerintah dan Pertamina harus selalu mengupayakan edukasi bagi masyarakat. Mereka tidak boleh putus asa dalam mensosialisasikan pentingnya menggunakan pertamax bagi kesehatan kendaraan, kebaikan lingkungan, dan kelancaran pembangunan negara kita. Edukasi bisa saja dilakukan dengan penyuluhan di berbagai tempat (sekolah, perguruan tinggi, ataupun di desa-desa) dan juga melalui iklan di berbagai jenis media.
Terakhir, penting bagi kita untuk menerapkan “pelajari, terapkan dan tularkan”. Pelajari artinya, sebagai anggota masyarakat dan juga konsumen pertamax kita seharusnya tidak menggunakan pertamax hanya karena yang lain menggunakan pertamax. Kita harus mencari tahu dan mempelajari semua alasan ilmiah mengapa kendaraan kita harus menggunakan pertamax dan kenapa kita harus menjadi pengguna pertamax. oleh karena itu ketika kita ditanya tentang “mengapa pertamax” maka kita akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik. Terapkan, artinya setelah mengetahui semua alasan mengapa kendaraan kita harus minum pertamax dan mengapa kita harus menjadi pengguna pertamax, kita sudah harus menggunakan pertamax. Tularkan artinya kita harus bisa menyebarkan kebiasaan menggunakan pertamax ke orang lain. Tentu kurang bermanfaat bila hanya sedikit dari kita yang menggunakan pertamax bukan? Misalnya bila mobil anda menghabiskan 60 liter BBM pertamax perbulannya, itu berarti anda mengurangi beban subsidi negara lebih dari Rp. 270.000, perbulannya atau Rp. 2.240.000, pertahunnya. Bayangkan jika orang lain mengikuti langkah kita dan kemudian kebiasaan mereka diikuti oleh yang lain. Semakin hari semakin banyak yang beralih ke pertamax, semakin berkurang juga beban subsidi negara.
Jadi jika kita benar-benar sayang dengan kendaraan, cinta dengan lingkungan, dan cinta dengan Indonesia, sudah saatnya kita menggunakan Pertamax! It’s time for Pertamax...
Terima kasih Pertamax, Terima kasih Pertamina, Terima kasih Indonesia...
135923122523543974
nota pembelian pertamax




Tidak ada komentar:

Posting Komentar