artikel ini saya ikut sertakan dalam lomba #apaidemu yang diselenggarakan oleh Pertamina dengan Kompasiana.com sebagai medianya dan Puji Tuhan berhasil mendapatkan juara III
Terima kasih Pertamax, Terima kasih Pertamina, Terima kasih Indonesia...
Di suatu acara debat tentang kenaikan harga BBM
bersubsidi, seorang pejabat mengatakan bahwa masyarakat Indonesia
bukanlah masyarakat yang boros energi. Pernyataan ini jelas membuat saya
kaget. Bagaimana tidak, apa yang dikatakan oleh pejabat tersebut sangat
bertentangan dengan realita yang ada. Mau bukti? Lihat saja antrian
motor di SPBU. Tak peduli seberapa dekat atau seberapa pendek jarak
antrian mereka dengan petugas SPBU (saat ingin mengisi bahasan bakar),
sangat jarang dari mereka yang mendorong motor mereka dengan manual
(kaki). Bahkan ada yang hanya mematikan mesin mereka pas giliran mereka
tiba. Apakah terlalu berat untuk mendorong motor dengan kaki? Memang
sich jumlah bahan bakar yang terbuang saat antri sangat sedikit. Namun
jika semua pengendara motor yang antri di semua SPBU yang ada di
Indonesia berbuat demikian, pastinya jumlah BBM yang terbuang sangat
banyak bukan? Sia-sia lah subsidi yang diberikan oleh negara...
Semakin membaiknya perekenomian memang membawa
berkah bagi sebagian banyak masyarakat, khususnya mereka yang ada di
perkotaan. Hal ini memampukan mereka untuk membeli kendaraan. Mulai dari
motor hingga mobil. Mulai dari yang harganya jutaan, hingga yang
harganya miliaran. Beberapa tahun ini jumlah kendaraan meningkat dengan
tajam. Namun sayangnya peningkatan ini tidak diimbangi dengan kesadaran
terhadap konsumsi BBM oleh masyarakat kita.
Bertambahnya jumlah kendaraan tentu
meningkatkan konsumsi BBM di dalam negeri. Termasuk konsumsi terhadap
BBM bersubsidi atau premium. Dan tingginya konsumsi masyarakat terhadap
premium subsidi ini secara langsung sudah, sedang, dan akan selalu
membebani negara. Bagaimana tidak? Mari kita hitung jumlah rupiah yang
dibakar oleh para pengendara ketika menggunakan BBM bersubsidi. Jika
satu motor menghabiskan 10 liter bensin perbulannya, dan jika harga BBM
non-subsidi adalah Rp. 9.000, maka subsidi negara adalah Rp. 45.000,
perbulannya atau Rp. 540.000, pertahunnya untuk satu motor. Dan bisa kah
anda bayangkan jika jumlah ini dikalikan dengan jumlah motor yang ada
di negeri kita ini, yang hingga 2012 jumlahnya mencapai 75 juta unit? (Data BPS dan AISI)
Belum lagi jika ditambahkan dengan jumlah mobil, bis, truk dan berbagai
jenis kendaraan lainnya. Untuk tahun 2012 subsidi BBM lebih dari Rp.
137 triliun dan akan meningkat menjadi Rp. 193,8 triliun pada tahun ini.
Angka yang fantastis bukan? Bayangkan jika dana ini dialihkan untuk
yang lainnya. Akan ada banyak sekolah, rumah sakit, jalan, dan berbagai
sarana umum lainnya yang bisa dibangun. Pemerintah bahkan tak perlu
pusing soal biaya pembangunan Jembatan Selat Sunda. Program pengentasan
kemiskinan pun dapat dijalankan dengan lebih baik.
Selain itu, untuk menegaskan hal di atas, ada
beberapa pertanyaan yang mungkin bisa kita tanyakan kepada diri sendiri:
Seberapa besar sih pajak kendaraan yang kita setorkan bagi negara
pertahunnya? Sebandingkah dengan subsidi yang kita terima? Ketika kita
sekeluarga bersuka ria, berjalan-jalan dengan mobil, sadarkah kita bahwa
dibalik kegembiaraan itu negara sedang mensubsidi BBM mobil kita?
Menggunakan pertamax merupakan salah satu cara
untuk mengurangi beban negara terhadap subsidi energi umumnya dan BBM
khususnya. Dengan menggunakan pertamax kita juga membantu pemerintah
untuk mengalihkan dana subsidi ke hal-hal lain yang jauh lebih
bermanfaat. Namun jangan salah, penggunaan pertamax bukan saja demi
kepentingan negara, namun juga demi kepentingan pemilik kendaraan dan
lingkungan.
Murahnya harga premium memang harus diakui
sangat menggoda para pemilik kendaraan untuk berpaling dari pertamax.
Murahnya harga premium juga telah membuat para pemilik kendaraan lupa
bahwa kendaraan mereka tidak seharusnya minum premium. Berdasarkan data
dari berbagai sumber, hanya kendaraan yang kompresi mesinnya di bawah
9:1 (sembilang banding satu) lah yang sebenarnya cocok menggunakan bahan
bakar beroktan 88 atau premium. Untuk kendaraan yang kompresi mesinnya
di atas 9:1 sudah seharusnya menggunakan bahan bakar beroktan diatasnya.
Berdasarkan dari pengamatan di SPBU manapun, sebenarnya banyak motor
dan mobil yang sudah seharusnya menggunakan BBM beroktan 92 (pertamax)
dan bahkan beroktan 95 (pertamax plus).
Dilihat dari segi mesin, penggunaan BBM yang
tidak sesuai dengan oktan akan menimbulkan kerak pada mesin yang
dikarenakan timbal dari BBM yang beroktan lebih rendah. Akibatnya ruang
bakar menjadi tidak bersih dan overheat. Proses pembakaran pun
terganggu dan kemudian akan membuat performa mesin menurun. Jika muncul
kerusakan di ruang bakar, maka kendaraan harus turun setengah mesin. Dan
jika hal ini terjadi, sangat besar kemungkinannya bagi para pemilik
kendaraan untuk mengeluarkan uang yang jauh lebih banyak untuk reparasi.
Untuk itu penggunaan pertamax akan membantu para pemilik kendaraan
mencegah hal-hal tersebut terjadi. Pertamax akan membuat proses
pembakaran lebih sempurna sehingga mesin kendaraan jauh lebih awet dan
performa kendaraan pun lebih baik. Selain itu, pertamax juga lebih irit,
jarak yang dapat ditempuh dari tiap liter pertamax lebih jauh dibanding
dengan premium.
Dari sudut pandang lingkungan, penggunaan
pertamax juga sangat disarankan. Kenapa? Pertamax, seperti yang telah
disinggung sebelumnya, membuat pembakaran lebih ramah lingkungan. Dengan
kandungan bioetanol sebesar 5% maka emisi atau gas buang yang berbahaya
bagi lingkungan pun dapat dikurangi. Dengan demikian, menggunakan
pertamax juga berarti kita ikut serta dalam usaha mengurangi efek rumah
kaca.
By the way kenapa harus pertamax? Kenapa bukan yang lain? Ada dua alasan kenapa harus memilih pertamax. Pertama,
jika dibandingkan dengan produk sejenis dari perusahaan lain, pertamax
kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Pertamax
mengandung zat adiktif tambahan yang modern dan lebih baik. Zat adiktif
ini mampu membersihkan mesin, mencegah karat dan menjaga kemurnian bahan
bakar. Proses pembakaran pun akan berlangsung sempurna. Kedua,
pertamax merupakan produk dari Pertamina yang merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara. Pertamax dibuat, dikelola, dan dipasarkan oleh
anak-anak bangsa. Keuntungan dari penjual pertamax pun digunakan oleh
negara. Dengan demikian menggunakan pertamax tidak hanya ikut merasakan
dan mengapresiasi kehebatan anak-anak bangsa, namun juga ikut
berpartisipasi dalam proses pembangunan bangsa.
Dari penjelasan tentang pertamax di atas, ada beberapa cara untuk meningkatkan pengguna dan penggunaan pertamax oleh masyarakat:
Pertama, Pertamina harus selalu
menekankan kepada masyarakat bahwa BBM merupakan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu kita harus menghargai setiap
tetes BBM yang kita gunakan. Baik BBM bersubsidi ataupun BBM non-subsidi
harus digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Kebiasaan boros akan
merugikan banyak pihak, terlebih negara. Kebiasaan boros sudah
seharusnya ditinggalkan. Hal ini bisa dilakukan dengan mewajibkan para
pengendara motor yang mengantri di SPBU untuk mematikan mesin motor
mereka dan mempersilahkan mereka untuk mendorong motor mereka secara
manual (dengan kaki atau dituntun). Jika ingin bepergian dalam jarak
dekat, lebih baik jalan kaki atau bersepeda. Untuk mahasiswa, misalnya,
tidak perlu mengendarai motor jika hanya ingin makan di warung depan
kos-annya (berdasarkan pengamatan saya sebagai anak kos hehe). Kita
sering mengeluhkan bahwa jalan kaki atau naik sepeda bikin capek? “Ya, emang capek, tapi sehat kan?” Dan jangan salah, negara ini juga mati-matian untuk menambal subsidi BBM kita!
Kedua, jika memang ingin menggunakan
kendaraan sendiri, gunakanlah BBM non-subsidi atau pertamax. Terasa
mahal? Begitu jugalah yang dirasakan oleh negara kita ini. Ada ratusan
triliun rupiah yang harus terbakar hanya untuk subsidi BBM. Dan tidak
semuanya subsidi itu dihargai ataupun dimanfaatkan dengan baik.
Ketiga, kesadaran konsumen untuk
menggunakan pertamax, bagaimanapun juga seharusnya disambut dengan baik
oleh Pertamina yang merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah. Ada
berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal ini, misalnya
dengan pemberian diskon atau gantungan kunci kepada para konsumen setia
mereka.
Keempat, banyak dari para pemilik kendaraan yang cuek,
lupa bahkan tidak tahu bahwa kendaraan mereka seharusnya menggunakan
BBM yang beroktan di atas 88. Pihak Pertamina bisa menyiasati hal ini
dengan mewajibkan semua SPBU untuk memasang spanduk atau layar yang
berisi tentang “apa kendaraannya”, “bagaimana perbandingan kompresi
mesinnya”, “berapa angka oktan kendaraannya”, dan “apa BBMnya”. Bila
diperlukan pihak Pertamina bisa juga meniru tampilan larangan yang ada
pada bungkus rokok. Untuk lebih menegaskan manfaat pertamax, Pertamina
juga bisa menampilkan gambar mesin yang menggunakan dan yang tidak
menggunakan pertamax. Dengan demikian para pemilik kendaraan semakin
memahami “mengapa” mereka menggunakan pertamax.
Kelima, Pemerintah dan Pertamina harus
selalu mengupayakan edukasi bagi masyarakat. Mereka tidak boleh putus
asa dalam mensosialisasikan pentingnya menggunakan pertamax bagi
kesehatan kendaraan, kebaikan lingkungan, dan kelancaran pembangunan
negara kita. Edukasi bisa saja dilakukan dengan penyuluhan di berbagai
tempat (sekolah, perguruan tinggi, ataupun di desa-desa) dan juga
melalui iklan di berbagai jenis media.
Terakhir, penting bagi kita untuk
menerapkan “pelajari, terapkan dan tularkan”. Pelajari artinya, sebagai
anggota masyarakat dan juga konsumen pertamax kita seharusnya tidak
menggunakan pertamax hanya karena yang lain menggunakan pertamax. Kita
harus mencari tahu dan mempelajari semua alasan ilmiah mengapa kendaraan
kita harus menggunakan pertamax dan kenapa kita harus menjadi pengguna
pertamax. oleh karena itu ketika kita ditanya tentang “mengapa pertamax”
maka kita akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
baik. Terapkan, artinya setelah mengetahui semua alasan mengapa
kendaraan kita harus minum pertamax dan mengapa kita harus menjadi
pengguna pertamax, kita sudah harus menggunakan pertamax. Tularkan
artinya kita harus bisa menyebarkan kebiasaan menggunakan pertamax ke
orang lain. Tentu kurang bermanfaat bila hanya sedikit dari kita yang
menggunakan pertamax bukan? Misalnya bila mobil anda menghabiskan 60
liter BBM pertamax perbulannya, itu berarti anda mengurangi beban
subsidi negara lebih dari Rp. 270.000, perbulannya atau Rp. 2.240.000,
pertahunnya. Bayangkan jika orang lain mengikuti langkah kita dan
kemudian kebiasaan mereka diikuti oleh yang lain. Semakin hari semakin
banyak yang beralih ke pertamax, semakin berkurang juga beban subsidi
negara.
Jadi jika kita benar-benar sayang dengan kendaraan, cinta dengan
lingkungan, dan cinta dengan Indonesia, sudah saatnya kita menggunakan
Pertamax! It’s time for Pertamax...Terima kasih Pertamax, Terima kasih Pertamina, Terima kasih Indonesia...
- nota pembelian pertamax
Tidak ada komentar:
Posting Komentar