Laman

Jumat, 11 Mei 2012

Terbuai dengan Janji




Aku sms dia berkali-kali. Tak juga ku mendapat jawaban. Ku coba sms adiknya juga, namun semua sama saja. Bingung rasanya harus bagaimana aku mengangkut sisa barang pindahan ini ke Solo. Tanggal 6 lalu kami bertemu setelah dua bulan lamanya dia berada di Kalimantan untuk PKL.

Sewaktu kami bertemu, aku sempat mengeluhkan bahwa sulitnya mendapatkan pinjaman motor untuk mengangkuti barang-barang kosku ke solo. Sebenarnya aku ingin sekali mengangkut semua barang2 milikku ke Solo dengan menggunakan mobil. Namun apa daya, duit sudah pas-pasan sekarang ini. Terpaksa aku mengangguti barang2ku dengan menggunakan motor. 

Aku sangat senang mendengar ceritanya bahwa dia dan 4 orang lainnya (yg merupakan keluarganya yang juga kuliah di kampus yang sama) akan pergi jalan-jalan ke Solo. Dia telah membuat rencana untuk menyewa mobil dan berangkat pada hari Rabu pagi. Entah karena prihatin mendengar ceritaku atau entah ingin menghibur diriku, dia pun menawarkan mobilnya untuk menghantarkan sebagian barang2 kosku ke Solo. Hal itu dia janjikan tepat sebelum aku berangkat ke Solo dengan menggunakan motor temanku untuk menghantarkan sebagian barang2ku. 

Sesampainya di Solo aku pun menceritakan kesenanganku kepada temanku yg di Solo. Dia pun senang mendengarnya. Rasa kesal karena kena hujan lebat yang membuatku basah kuyup dan menggigil kedinginan pun sedikit terobati. Namun beberapa menit setelah dirinya bercerita aku pun ditelpon olehnya. Keberangkatan ke Solo ditunda antar Kamis pagi dan Jumat pagi. Aku pun menjawab hal itu tidak masalah mengingat bahwa aku masih bisa tinggal di kosku yang di Jogja hingga tanggal Senin 14 Mei ini. Aku pun langsung balik ke Jogja. Dengan kecepatan 80km/jam aku pun sampai 

Hari Rabu dan Kamis (9,10/05) pun berlalu. Aku pun mengirimi pesan padanya. Ku tanyakan hari apa jadi berangkat ke Solo. Sms ku tak di balas. Ku coba mengirimi adiknya pesan tapi sama juga tidak di balas. Ku datangi kos mereka, tak satupun dari mereka ada di situ.

Aku tersadar dan kecewa (lagi). Sebelumnya sudah berulang kali dia membuat aku kecewa. Beberapa kali dia tidak menepati janji. Beberapa kali juga dia melakukan hal itu. Aku heran kepada diriku sendiri. Aku heran kenapa aku bisa mempercayai kesungguhan abstrak dirinya (lagi) untuk menawarkan bantuan...

Hal ini membuat aku menyadari bahwa tak semua tawaran bantuan itu untuk diterima dalam hati. Ada kalanya tawaran maupun bantuan itu digunakan oleh beberapa orang sekedar sebagai bahan percakapan, penghilang rasa kecewa sesaat. Namun aku yakin, Tuhan selalu menghadirkan orang2 yang akan setia dan tulus untuk memberikan tangannya kepada kita. Dan ada baiknya kita yang memulai hal itu. TEntu kita yakin bahwa kita merupakan insan yang mampu bukan???


Tidak ada komentar:

Posting Komentar